Dalam perjalanan kami ke Solo beberapa hari yang lalu, aku tiba-tiba terpikir apa sih yang buat Arya begitu mencintai aku? Hingga rela berkorban banyak untukku. Banyak sekali. Yang kumaksud di sini bukanlah materi, tapi lebih pada waktu, mimpi, hingga pertemanan dan hal-hal lain yang membuat manusia 'hidup'.
"Kalau ada jawabannya, berarti itu bukan cinta, Cundut," jawabnya saat aku bertanya.
Oke, aku ubah pertanyaannya. Kualitas apa yang kamu temukan di aku, yang bisa membuatmu jatuh cinta? Atau, sederhananya, kualitas apa yang ada di aku yang kamu suka?
"Oh gitu... sebentar aku pikir," jawab Arya sambil menyetir.
Aku menunggu.
"Yang aku suka dari kamu adalah potensimu..." ujar Arya.
Potensi? Yang terlintas di otakku langsung 'pemanfaatan'. Seperti tengkulak yang membeli pohon secara ijon karena berpotensi mempunyai banyak buah. Seperti aku yang membeli kain murah karena berpotensi diubah menjadi gaun yang berharga mahal.
Potensi apa?
"Potensi kamu manjain aku, Cundut! Hihi!" sambungnya.
Ya ampun. Dia bercanda?
Tapi Arya bersikeras bahwa itulah yang ia sukai dari aku. Yup, sekarang aku memang galak, banyak menuntut, egois, suka melawan, bla-bla-bla. Tapi sepertinya Arya melihat lebih daripada keburukanku. Dia melihat 'potensi' kebaikanku.
Haha! Aku terbahak-bahak.
Kujawab, "Jangan terbang terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit. Jangan terlalu berharap..." :p
Itu bagaikan pungguk merindukan bulan, dan berharap bulan datang menjemputnya. Wakakakakaka!
-indie-
"Kalau ada jawabannya, berarti itu bukan cinta, Cundut," jawabnya saat aku bertanya.
Oke, aku ubah pertanyaannya. Kualitas apa yang kamu temukan di aku, yang bisa membuatmu jatuh cinta? Atau, sederhananya, kualitas apa yang ada di aku yang kamu suka?
"Oh gitu... sebentar aku pikir," jawab Arya sambil menyetir.
Aku menunggu.
"Yang aku suka dari kamu adalah potensimu..." ujar Arya.
Potensi? Yang terlintas di otakku langsung 'pemanfaatan'. Seperti tengkulak yang membeli pohon secara ijon karena berpotensi mempunyai banyak buah. Seperti aku yang membeli kain murah karena berpotensi diubah menjadi gaun yang berharga mahal.
Potensi apa?
"Potensi kamu manjain aku, Cundut! Hihi!" sambungnya.
Ya ampun. Dia bercanda?
Tapi Arya bersikeras bahwa itulah yang ia sukai dari aku. Yup, sekarang aku memang galak, banyak menuntut, egois, suka melawan, bla-bla-bla. Tapi sepertinya Arya melihat lebih daripada keburukanku. Dia melihat 'potensi' kebaikanku.
Haha! Aku terbahak-bahak.
Kujawab, "Jangan terbang terlalu tinggi, nanti jatuhnya sakit. Jangan terlalu berharap..." :p
Itu bagaikan pungguk merindukan bulan, dan berharap bulan datang menjemputnya. Wakakakakaka!
-indie-
No comments:
Post a Comment