Perihal memilih tanggal, seharusnya aku tulis di awal-awal. Tapi aku lupa. Beberapa hari yang lalu, Dhira menanyakan tentang bagaimana caranya hingga tercetus tanggal 20 Maret 2011. Apakah itu tanggal baik? Bagaimana cara menghitungnya?
Tanggal baik sih, tapi tanggal baik dari sisi mana ya?
Jujur saja, untuk memilih tanggal ini alasannya murni bukan tanggal baik menurut adat atau agama. Karena kebetulan, ayah dan ibuku tidak percaya pada tanggal baik. Prinsipnya, semua tanggal itu baik... asal, tidak merepotkan.
Nah, tanggal baikku pun bergeser dari norma budaya menjadi norma sosial.
Pertimbangan memilih tanggal 20 Maret 2011 lebih dikaitkan pada pertimbangan duniawi seperti gedung, tamu, target, dan hari libur.
Memang, salah satu permintaan dari keluarga Arya adalah tidak mengadakan akad atau resepsi di hari Sabtu. Karena dari keluargaku tidak ada pantangan kecuali pantangan sosial tadi, maka kami pun sepakat untuk mengadakannya di hari Minggu.
Dari awal, kami sudah ada bayangan untuk menikah di antara pertengahan bulan Maret hingga pertengahan bulan April. Maka, Maret pun menjadi pilihannya. Lalu dari 30 hari yang tersedia, pilihan diperkecil hingga empat tanggal, yaitu tanggal-tanggal yang pas tanggal merah - atau hari Minggu.
Dari empat, diperkecil lagi jadi dua: tanggal 20 atau 27 Maret - atas dasar kami menghindari awal bulan.
Yah, dari dua tanggal itu, baru dicocokkan dengan tanggal yang kosong di gedung, yang ternyata kosong semua. Maka, dipilihlah yang lebih awal, yaitu tanggal 20 Maret 2011.
See... tanggal pernikahan pun didapat.
Tanggal baik sih, tapi tanggal baik dari sisi mana ya?
Jujur saja, untuk memilih tanggal ini alasannya murni bukan tanggal baik menurut adat atau agama. Karena kebetulan, ayah dan ibuku tidak percaya pada tanggal baik. Prinsipnya, semua tanggal itu baik... asal, tidak merepotkan.
Nah, tanggal baikku pun bergeser dari norma budaya menjadi norma sosial.
Pertimbangan memilih tanggal 20 Maret 2011 lebih dikaitkan pada pertimbangan duniawi seperti gedung, tamu, target, dan hari libur.
Memang, salah satu permintaan dari keluarga Arya adalah tidak mengadakan akad atau resepsi di hari Sabtu. Karena dari keluargaku tidak ada pantangan kecuali pantangan sosial tadi, maka kami pun sepakat untuk mengadakannya di hari Minggu.
Dari awal, kami sudah ada bayangan untuk menikah di antara pertengahan bulan Maret hingga pertengahan bulan April. Maka, Maret pun menjadi pilihannya. Lalu dari 30 hari yang tersedia, pilihan diperkecil hingga empat tanggal, yaitu tanggal-tanggal yang pas tanggal merah - atau hari Minggu.
Dari empat, diperkecil lagi jadi dua: tanggal 20 atau 27 Maret - atas dasar kami menghindari awal bulan.
Yah, dari dua tanggal itu, baru dicocokkan dengan tanggal yang kosong di gedung, yang ternyata kosong semua. Maka, dipilihlah yang lebih awal, yaitu tanggal 20 Maret 2011.
See... tanggal pernikahan pun didapat.
-indie-
No comments:
Post a Comment