Perawatan tubuh untuk calon pengantin, menurutku, memang diperlukan. Bukan sekedar untuk hura-hura, tapi tujuannya untuk mempersiapkan hari H.
Tujuan perawatan untuk membersihkan dan merawat. Kulit yang kusam dan kasar menjadi cerah dan halus - tapi bukan untuk menjadikan kulit berubah putih lo... Setahuku, kulit coklat hanya bisa menjadi putih kalau disuntik pigmen warna.
Eniwei, apa salahnya memulai sebuah perjalanan tanpa akhir semacam pernikahan dengan kulit yang bersih, cerah, dan halus?
Itu menurutku, sih.
Dan untuk mendapatkan kulit semacam itu, perawatan tubuh diperlukan. Nggak seperti jaman Cleopatra dulu, yang untuk mendapatkan perawatan maksimal kita membutuhkan segudang dayang. Kini sudah banyak tempat yang menyediakan jasa perawatan tubuh.
Yup. Spa. Rumah Cantik. House of Beauty. Mbak Lulur. Sama saja.
Dari banyaknya menu jasa yang mereka tawarkan, sudah hampir pasti mereka menyediakan pre-wedding body treatment. Biasanya, ini meliputi lulur tubuh, pijat, mandi susu/air mawar, menikur-pedikur, sering juga disertai totok wajah. Kadang malah lengkap dengan ratus.
Dan dari beberapa menu yang aku pernah baca, kebanyakan dari paket pre-wedding tersebut menawarkan hanya dua (maksimal tiga) kali perawatan menjelang hari pernikahan. Harganya? Selangit, meski telah dibuat paket. Melihat hal itu, entah kenapa, sejak awal aku nggak tertarik mencobanya. Terlalu mahal, terlalu instan. Aku ragu.
Apakah bisa seinstan itu? Apakah ada perbedaan yang tampak apabila kita menggunakan jasa seharga ratusan hingga jutaan rupiah itu hanya 1-2 minggu sebelum hari H?
Tradisi luluran sendiri sebenarnya merupakan warisan dari budaya di dalam Kraton Jawa. Memang, dalam tradisi tersebut, setiap calon pengantin dilulur pada 40 hari menjelang hari pernikahannya, oleh perempuan lain yang dianggap bijak dari anggota keluarganya sendiri.
Tapi tradisi itu dilakukan bukan untuk sekedar merawat badan saja. Luluran dianggap lebih sebagai cara untuk mewariskan kebijakan dan menentramkan sang calon pengantin.
Sementara itu, di jaman modern, lulur justru nggak terkait dengan kebajikan apa pun. Lulur tradisi jaman dulu berbeda dengan paket luluran 40 hari menjelang pernikahan yang ditawarkan oleh spa-spa atau rumah kecantikan sekarang ini. Kan nggak ya mungkin mereka punya agenda untuk mewariskan kebijakan tertentu?
"Perawatan itu baru terlihat kalau dilakukan jauh hari dan rutin," kata Mama, dulu.
Benar kata Mama. Perawatan tubuh yang hanya 1-2 minggu sebelum hari H nggak akan memberi pengaruh yang berarti, kecuali sejak sebelumnya kamu sudah rajin merawat kulit. Perawatan tubuh instan itu menurutku lebih berfungsi sebagai relaksasi saja.
Sementara, untuk mendapatkan hasil maksimal dari perawatan tubuh menuju hari H, sebaiknya perawatan itu dilakukan rutin dan agak jauh hari. Seperti luluran satu kali setiap bulan, mulai enam bulan sebelum hari H, contohnya.
Hihi. Itu yang aku lakukan. Sekilas, tampaknya memang lebih mahal, karena dilakukan rutin dan lebih sering. Tapi bila dihitung-hitung, sebenarnya jatuhnya lebih murah dan bisa 'dicicil'.
Tentu saja, agar harga tidak melambung tinggi, aku memilih mengundang Mbak Lulur ke rumah sebulan sekali, dengan harga jasa lulur plus pijat kurang dari Rp 100.000,- sudah termasuk lulurnya (yang aku beli sendiri, tentu saja).
Jadi, resmi sudah, sore hari Sabtu minggu kedua merupakan hari lulurku.
Di luar kebutuhan perawatan ini, mungkin saja nanti mendekati hari H, aku juga akan butuh relaksasi untuk mengurangi stress. Bila itu terjadi, aku juga akan ke spa. Tapi daripada membayar paket pre-wedding dengan harga jutaan tadi, lebih baik aku memilih satu jenis layanan saja yang harganya masuk akal.
-indie-
Tujuan perawatan untuk membersihkan dan merawat. Kulit yang kusam dan kasar menjadi cerah dan halus - tapi bukan untuk menjadikan kulit berubah putih lo... Setahuku, kulit coklat hanya bisa menjadi putih kalau disuntik pigmen warna.
Eniwei, apa salahnya memulai sebuah perjalanan tanpa akhir semacam pernikahan dengan kulit yang bersih, cerah, dan halus?
Itu menurutku, sih.
Dan untuk mendapatkan kulit semacam itu, perawatan tubuh diperlukan. Nggak seperti jaman Cleopatra dulu, yang untuk mendapatkan perawatan maksimal kita membutuhkan segudang dayang. Kini sudah banyak tempat yang menyediakan jasa perawatan tubuh.
Yup. Spa. Rumah Cantik. House of Beauty. Mbak Lulur. Sama saja.
Dari banyaknya menu jasa yang mereka tawarkan, sudah hampir pasti mereka menyediakan pre-wedding body treatment. Biasanya, ini meliputi lulur tubuh, pijat, mandi susu/air mawar, menikur-pedikur, sering juga disertai totok wajah. Kadang malah lengkap dengan ratus.
Dan dari beberapa menu yang aku pernah baca, kebanyakan dari paket pre-wedding tersebut menawarkan hanya dua (maksimal tiga) kali perawatan menjelang hari pernikahan. Harganya? Selangit, meski telah dibuat paket. Melihat hal itu, entah kenapa, sejak awal aku nggak tertarik mencobanya. Terlalu mahal, terlalu instan. Aku ragu.
Apakah bisa seinstan itu? Apakah ada perbedaan yang tampak apabila kita menggunakan jasa seharga ratusan hingga jutaan rupiah itu hanya 1-2 minggu sebelum hari H?
Tradisi luluran sendiri sebenarnya merupakan warisan dari budaya di dalam Kraton Jawa. Memang, dalam tradisi tersebut, setiap calon pengantin dilulur pada 40 hari menjelang hari pernikahannya, oleh perempuan lain yang dianggap bijak dari anggota keluarganya sendiri.
Tapi tradisi itu dilakukan bukan untuk sekedar merawat badan saja. Luluran dianggap lebih sebagai cara untuk mewariskan kebijakan dan menentramkan sang calon pengantin.
Sementara itu, di jaman modern, lulur justru nggak terkait dengan kebajikan apa pun. Lulur tradisi jaman dulu berbeda dengan paket luluran 40 hari menjelang pernikahan yang ditawarkan oleh spa-spa atau rumah kecantikan sekarang ini. Kan nggak ya mungkin mereka punya agenda untuk mewariskan kebijakan tertentu?
"Perawatan itu baru terlihat kalau dilakukan jauh hari dan rutin," kata Mama, dulu.
Benar kata Mama. Perawatan tubuh yang hanya 1-2 minggu sebelum hari H nggak akan memberi pengaruh yang berarti, kecuali sejak sebelumnya kamu sudah rajin merawat kulit. Perawatan tubuh instan itu menurutku lebih berfungsi sebagai relaksasi saja.
Sementara, untuk mendapatkan hasil maksimal dari perawatan tubuh menuju hari H, sebaiknya perawatan itu dilakukan rutin dan agak jauh hari. Seperti luluran satu kali setiap bulan, mulai enam bulan sebelum hari H, contohnya.
Hihi. Itu yang aku lakukan. Sekilas, tampaknya memang lebih mahal, karena dilakukan rutin dan lebih sering. Tapi bila dihitung-hitung, sebenarnya jatuhnya lebih murah dan bisa 'dicicil'.
Tentu saja, agar harga tidak melambung tinggi, aku memilih mengundang Mbak Lulur ke rumah sebulan sekali, dengan harga jasa lulur plus pijat kurang dari Rp 100.000,- sudah termasuk lulurnya (yang aku beli sendiri, tentu saja).
Jadi, resmi sudah, sore hari Sabtu minggu kedua merupakan hari lulurku.
Di luar kebutuhan perawatan ini, mungkin saja nanti mendekati hari H, aku juga akan butuh relaksasi untuk mengurangi stress. Bila itu terjadi, aku juga akan ke spa. Tapi daripada membayar paket pre-wedding dengan harga jutaan tadi, lebih baik aku memilih satu jenis layanan saja yang harganya masuk akal.
-indie-
* Foto diambil dari sini.
No comments:
Post a Comment