Nomor Telepon Perias

"Mbak, periasnya udah dihubungi belum?"

"Udah. Udah booking tapi belum bayar DP," jawabku sambil terburu-buru bersiap-siap berangkat kantor.

"Ya udah, minta nomor teleponnya. Nanti Mama aja yang konfirmasi," sahut ibuku.



Baiklah. Aku mencari nomornya di HP-ku. Lies... Lies... Lies... Kuturunkan nama di list contact-ku satu per satu tapi tidak menemukan nama yang aku cari.

Aku kemudian mencari dengan menggunakan nama perusahaannya. 

Tidak ketemu juga.

Duh... jangan-jangan kontaknya belum aku pindah dari HP lamaku. Maklum, HP baruku ini usianya belum ada dua bulan.

Tak habis  ide, aku melanjutkan pencarianku di memori SMS. Seingatku dulu ibuku megirim nomornya melalui SMS. Satu per satu kucari.

Tidak ada.

Jangan-jangan terhapus?

Aku segera berlari ke kamarku mencari di my-little-red-book, notes khusus untuk persiapan pernikahanku. Kucari lembar demi lembar.

Tetap tidak ada! Argh! 

Semua tulisan perias rupanya tidak kulengkapi dengan nomor telepon. Padahal aku sudah terlambat masuk kantor 30 menit, dan itu belum termasuk lama perjalanan.

Akhirnya kubongkar simpanan file hardcopy-ku yang aku simpan di lemari, untuk mencari selembar surat dari gedung yang akan kugunakan. Seingatku, di dalam lampirannya tertulis daftar rekanan mereka. Semoga.

Dan... voila!

Ketemu juga! Ternyata surat tersebut masih tersimpan rapi di map hijauku.

Aku segera mencatatnya di HP dan mengirimnya ke ibuku.

"Oke, nanti Mama telepon," ujar ibuku. "Soalnya nomer yang Mama simpan di HP hilang. Kayanya ketinggalan di HP yang lama."

Hm... like mother, like daughter... :-S


Moral cerita:
Bergantunglah pada banyak akar. Maksudku, catatlah nomor-nomor dan informasi-informasi penting yang kamu miliki di berbagai media. Mulai dari notes, HP-mu, HP calonmu, kertas yang tertempel di cermin, kertas yang terselip di dompet, hingga di blog kalau memang perlu. Seperti yang sedang aku coba lakukan. Um... tapi mungkin aku akan mencatat nomornya di posting lain.



-indie-