Dear...

Daisypath Wedding tickers

Tuesday, December 28, 2010

Mau Akad Jam Berapa Jadinya?


Perkara pemilihan jam di KUA ternyata lebih rumit dari sekedar memajukan atau memundurkan jam. Jadi waktu beberapa hari setelah pulang dari KUA, kami gunakan untuk menentukan jadwal yang paling sesuai.

Tadinya aku beranggapan bahwa lebih baik memundurkan waktu hingga jam 8, sementara Arya memilih memajukannya pada jam 7. Alasanku, karena pihak KUA berjanji proses keseluruhan hanya akan memakan waktu paling lama 20 menit. Selain itu, aku juga khawatir keluarga yang lain akan terburu-buru siap apa bila dimajukan jam 7.

Sementara alasan Arya karena agar ada waktu luang yang cukup lama untuk rias setelah acara akad.



Dua-duanya benar. Maka kami mencari informasi yang lebih lengkap untuk memutuskan waktu akad. Karena bagaimanapun juga, meski yang berkepentingan aku dan Arya, serta orang tua dan saksi, keseluruhan acara pernikahan di Indonesia masih merupakan acara keluarga besar.

Mbak Donna memberi masukan bahwa sebaiknya diajukan saja jamnya. 

"Walaupun katanya cuma dua puluh menit, tapi seringkali nasehat pernikahan yang akan lama," ujarnya. "Seperti acaraku dulu."

Weh. Iya juga. Aku melupakan tentang nasehat pernikahan.

Lalu Arya kembali bertanya ke KUA tentang tepatnya prosesi apa saja yang ada di dalam acara akad. Termasuk dari mana pengisi acaranya dan (terutama) nasehat pernikahan.

Ternyata KUA tetap kukuh berargumen bahwa pihaknya hanya akan membutuhkan waktu 20 menit untuk keseluruhan acara. 

"Karena kalau lebih dari itu, acara kami selanjutnya akan terlambat," ujar Bapak Petugas KUA yakin dan mantap.

Menurutnya (dan ini berbeda-beda di setiap KUA), rentetan prosesinya akan seperti ini:

1. Petugas KUA datang, memeriksa kelengkapan dokumen di lokasi.
2. Pembacaan Al-Qur'an dan Saritilawah.
3. Khotbah nikah.
4. Akad.
5. Do'a.

Nggak ada nasehat pernikahan, kecuali apabila keluarga menginginkan. Itu pun pengisinya bukan dari KUA, sama seperti untuk pembacaan Al-Qur'an dan saritilawah. Menurut Mama, bila memang nggak wajib, nasehat pernikahan dihilangkan saja nggak apa-apa.

"Karena toh nggak akan ada yang mendengarkan juga," tambah Mama. Aku dan Arya setuju.

Tapi toh jadwal tetap nggak diundur, justru dimajukan. Karena waktu yang lebih luang setelah acara bisa digunakan untuk sarapan, foto, dan rias. Aku dan Arya sih nggak masalah. Hanya saja, untuk persiapan di pagi hari akan tersedia waktu yang lebih singkat.

Bapak Petugas KUA sempat curiga. "Jangan-jangan ini cara untuk menahan kami di sana sampai jam 7.30?" ujarnya.

Ya ampun. Arya memastikan bukan itu maksud kami. Alhasil kami harus berkomitmen akan ada di lokasi pada waktu yang dijadwalkan, atau akan ditinggal. Yeah, rite.

Karena itu, kutegaskan pada Mama bahwa pada hari H, nggak boleh memikirkan keluarga lain selain diri sendiri. Di keluargaku, mobil khusus akan disediakan untuk aku, Mama, Papa, dan Pak Dhe Edy selaku saksi.

Keluarga di luar itu diundang untuk mengikuti prosesi akad, tapi menggunakan kendaraan lain dan saling berkoordinasi sendiri agar acara intinya - yaitu akad - tidak justru kacau akibat saling menunggu.


- indie -

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...